Minggu, 27 November 2011

Makalah Media Audio

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut paradigma behavioristik, belajar merupakan transmisi pengetahuan dari expert ke novice. Berdasarkan konsep ini, peran guru adalah menyediakan dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Guru mempersepsi diri berhasil dalam pekerjaannnya apabila dia dapat menuangkan pengetahuan sebanyakbanyaknya ke kepala siswa dan siswa dipersepsi berhasil apabila mereka tunduk menerima pengetahuan yang dituangkan guru kepada mereka. Praktek pendidikan yang berorientasi pada persepsi semacam itu adalah bersifat induktrinasi, sehingga akan berdampak pada penjinakan kognitif para siswa, menghalangi perkembangan kreativitas siswa, dan memenggal peluang siswa untuk mencapai higher order thinking.

Akhir akhir ini, konsep belajar didekati menurut paradigma konstruktivisme. Menurut paham konstruktivistik, belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar) sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan belajar. Pengkonstruksian pemahaman dalam ivent belajar dapat melalui proses asimilasi atau akomodasi. Secara hakiki, asimilasi dan akomodasi terjadi sebagai usaha pebelajar untuk menyempurnakan atau merubah pengetahuan yang telah ada di benaknya (Heinich, et.al., 2002). Pengetahuan yang telah dimiliki oleh pebelajar sering pula diistilahkan sebagai prakonsepsi. Proses asimilasi terjadi apabila terdapat kesesuaian antara pengalaman baru dengan prakonsepsi yang dimiliki pebelajar. Sedangkan proses akomodasi adalah suatu proses adaptasi, evolusi, atau perubahan yang terjadi sebagai akibat pengalaman baru pebelajar yang tidak sesuai dengan prakonsepsinya. Tinjauan filosofis, psikologi kognitif, psikologi sosial, dan teori sains sepakat menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan (Dole & Sinatra, 1998). Siswa sendiri yang melakukan perubahan tentang pengetahuannya.

Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing. Jadi guru hanya dapat membantu proses perubahan pengetahuan di kepala siswa melalui perannya menyiapkan scaffolding dan guiding, sehingga siswa dapat mencapai tingkatan pemahaman yang lebih sempurna dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya. Guru menyiapkan tanggga yang efektif, tetapi siswa sendiri yang memanjat melalui tangga tersebut untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam. Berdasarkan paradigma konstruktivisme tentang belajar tersebut, maka prinsip media mediated instruction menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan ivent belajar secara optimal. Ivent belajar yang optimal merupakan salah satu indicator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001).

Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa ini, profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa (Ibrahim, et.al., 2001). Konsep lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar. Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, overhead transparansi, film, video, televisi, slide, hypertext, web, dan sebagainya. Guru profesional dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya.

Media audio dapat memberikan beberapa kontribusi yang unik bagi proses belajar mengajar. Belajar mandiri tanpa membaca, praktek berbahasa asing, cerita yang menstimulasi imajinasi dan musik untuk aktivitas fisik adalah sebagian kegiatan yang bisa dilakukan menggunakan audio. Kaset, rekaman dan CD banyak tersedia dan mudah digunakan. Untuk menggunakan media audio secara efektif dibutuhkan pemahaman pada proses mendengar-menyimak dan pemilihan materi pokok yang dituju. Guru dapat menyiapkan materi audio sendiri, dan begitu pula dengan para siswa. Rekaman-rekaman bisa diambil dari praktek kemampuan komunikasi dan oral report (laporan lisan) dan kegiatan lain yang serupa. Dengan mengikuti petunjuk dasar yang benar kita bisa meningkatkan kualitas rekaman.

B. Rumusan Masalah

Apakah Media Audio itu?

Jenis-jenis Media Audio?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini menyajikan ringkasan mengenai “Media Audio”. Ringkasan ini diharapkan dapat berperan sebagai salah satu pendukung bagi para guru untuk menuju pemenuhan tuntutan profesionalisme.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kata Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996).

Sedangkan Audio menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu bersifat dapat didengar atau alat peraga yang sifatnya dapat didengar.

Jadi, Media Audio adalah alat yang digunakan sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan yang bersifat dapat didengar.

B. Proses Hearing-Listening

Secara psikologi, hearing (mendengar) adalah proses dimana gelombang suara masuk ke telinga luar dipancarkan ke gendang telinga diubah ke dalam getaran mekanik di telinga tengah dan diubah di bagian telinga dalam menjadi impuls listrik untuk diteruskan ke otak.

Sedangkan listening (menyimak) dimulai ketika seseorang mulai menyadari dan memperhatikan suara atau pola pembicaraan (penerimaan), diproses melalui identifikasi dan pengenalan dari sinyal auditor (mengartikan) yang spesifik dan berakhir pada tpemahaman (tujuan).

Proses hearing-listening juga merupakan proses komunikasi, sebagian dibahas pada. Sebagaimana dengan komunikasi visual dan menyimak, sebuah pesan dikodekan oleh pengirim dan diartikan oleh penerima. Kualitas proses pengiriman kode ini ditentukan oleh kemampuan pengirim pesan dalam menyampaikan pesan secara jelas dan logis. Pemahaman pesan dipengaruhi oleh kemampuan penerima untuk memahami pesan yang dikirim.

Proses pengiriman dan penerimaan dapat dihalangi beberapa penghambat antara lain:

  1. Volume suara terlalu rendah atau terlalu tinggi. Jika terlau rendah kita kesulitan dalam mengerti secara tepat.. Jika terlau tinggi, bisa merusak telinga, tidak bisa menangkap kesalahan suara.
  2. Suara yang terus menerus monoton seperti suara guru yang bergumam, menyebabkan keletihan pendengar
  3. Kemampuan siswa mendengar mungkin secara fisik mengalami kerusakan misalnya pada saat mereka sakit, bahkan perbedaan kecil dalam ketajaman dapat membuat murid kesulitan dalam membedakan kata-kata dan frase. Untuk itu perlu bagi guru menyediakan isyarat visual yang special untuk memastikan informasi yang disampaikan diterima dan dimengerti oleh siswa. Penerimaan pesan-pesan yang juga dipengaruhi oleh kemampuan mendengar penerima. Penerima harus bisa secara langsung terus menerus berkonsentrasi.

C. Mengembangkan Kemampuan Mendengar

Guru dapat mengunakan beberapa teknik untuk mengembangkan kemampuan mendengar siswa.

  1. Untuk menuntun mereka mendengar, berilah siswa beberapa pertanyaan pendek sebelum mulai, satu atau dua pertanyaan. Kemudian lanjutkan dengan pemberian soal yang lebih panjang dan lebih banyak serta lebih lengkap/kompleks.
  2. Memberi petunjuk.

Berilah siswa petunjuk secara individu atau kelompok dengan audio tape. Kemudian evaluasi kemampuan siswa untuk mengikuti petunjuk tersebut.

  1. Minta siswa untuk mendengar ide pokok, rincian atau kesimpulan.

Guru membacakan sebuah cerita dan siswa diminta untuk menggambarkan apa yang terjadi. Suruh siswa mendengar ide pokok kemudian menulisnya. Teknik yang sama juga bisa digunakan untuk membuat kesimpulan.

  1. Gunakan konteks

Siswa yang lebih muda bisa belajar membedakan makna dari konteks dengan mendengar kalimat-kalimat yang kata-katanya dihilangkan dan kemudian diisi dengan kata-kata yang cocok.

  1. Analisa struktur dari penyajian

Siswa dapat diminta untuk menganalisa dan mengorganisir sebuah penyajian/presentasi. Guru bisa menentukan bagaimana sebaiknya mereka bisa melihat ide pokok dan menidentifikasi subtopic.

  1. Membedakan antara informasi relevan dan tidak relevan

Setelah menyimak penyajian informasi, siswa diminta untuk mengidentifikasi ide pokok dan kemudian menghitung (dari yang paling banyak sampai paling sedikit) seluruh ide lain yang disajikan. Teknik yang lebih sederhana untuk siswa SD adalah mengidentifikasi kata-kata yang tidak sesuai/relevan dalam kalimat atau tidak relevan dalam paragraph.

D. Format Audio

1. Audiotape

Keuntungan dari audio tape yaitu bisa merekam sendiri dengan mudah dan ekonomis. Jika sudah tidak digunakan maka bisa dihapus, tidak mudah rusak dan mudah disimpan. Tape yang salah bisa diperbaiki. Ada beberapa batasan dalam proses perekaman suara latar yang tidak diinginkan ikut terekam.

Pita kaset adalah bentuk yang paling banyak digunakan, terdiri atas 2 rol terpasang permanent pada kotak. Dengan pita selebar 1/8 inci terpasang permanent pada rol dan dikemas dalam kotak plastic. Pita kaset digolongkan dari lamanya pita merekam. Contohnya kaset C-60 merekam 60 menit suara, artinya 30 menit setiap sisinya. C-90 merekam 45 menit tiap sisinya. Ukuran tempat kaset pada semua tape recorder sama, dan dapat diputar pada semua tape recorder, Tahan lama, tahan gunjangan dan goresan, dan Perangkat audio yang banyak ditemukan di kelas adalah kaset tape recorder.

Kualitas dan respon pada frekuensi (ketepatan) sebuah tape recorder tidak sebangus pemutar disc (CD), karena tafe hanya dilengkapi dengan speaker yang kecil. Akan tetapi untuk tujuan instruksional kualitas lebih diperlukan daripada kemampuannya.

Pemutar audio dengan pengontrol kecepatan

Peralatan yang penting tetapi sedikit diketahui dari peralatan audio adalah tape deck yang dapat memutar kembali rekaman suara dengan kecepatan yang cepat serta lebih lambat pada saat direkam, tanpa kehilangan kualitas suara dan terdengasr jelas.

2. Phonograph

Sampai tahun 1980 piringan hitam merupakan format terpopuler dalam memutar rekaman suara atau lagu dan diputar di sekolah-sekolah dan dirumah-rumah. Phonograph bentuknya padat, mudah dibawa dan mudah digunakan serta mudah meletakkan bagian/segmen yang khusus pada rekaman karena anda bisa melihat alur gerak jarum pada phonograph dan bagian-bagiannya dipisahkan oleh pita-pita hitam. Tempat setiap pilihan pada rekaman tersebut biasanya ditandai dengan label dan pelindungan dari debu.

Disamping keuntungannya piringan hitam juga mempunyai keterbatasan diantaranya piringan hitam mudah rusak jika seseorang menjatuhkan jarum pada piringan hitam atau apaun yang bisa merusak permukaannya. Cara penyimpanan yang salah dan terlalu panas dapat menyebabkan piringan hitam melengkung.

3. Compact disc

Secara fisik CD berukuran kecil. Musik atau suara-suara lain disimpan dan direkam secara digital dalam ukuran bit, piringan perak tanpa alur seperti pada piringan hitam dapat menyimpan informasi dalam jumlah besar, ukurannya hanya 12 cm (diameter). Beberapa Cd dapat terdiri dari 75 menit musik. Keuntungan dari penggunaan CD adalah tahan terhadap kerusakan. Tidak ada jarum seperti pada phonograph yang bisa merusak permukaannya. Pada pengguna dapat secara cepat menentukan pilihan pada CD dan memainkan bagian yang diinginkan.

4. Audio Card

Audio card berukuran kira-kira mendekati amplop bisnis. Terdiri dari pita perekam magnetic di sisi bawahnya. Secara esensial merupakan flashcard tetapi dilengkapi suara. Audio card dimasukkan ke dalam celah/lubang sebuah mesin. Audio card menggunakan system dual track yang membolehkan merekam suaranya dan memutarnya kembali untuk membandingkan dengan suara sebelum direkam. Jika suara rekaman salah maka bisa dihapus dan direkam kembali sesering yang kita inginkan.

Keunggulan

Kita telah membahas berbagai audio format kaset, rekaman, CD, dan audiocard. Pada pembahasan berikut ini kita fokuskan pada chalet, dikarenakan format kaset adalah format yang paling popular.

  1. Tidak mahal, sekali kita membeli alat audio kaset maka tidak perlu membeli lagi karena pita kaset dapat dihapus dan kita bisa merekam kembali.
  2. Banyak tersedia dan mudah penggunaannya. Kebanyakan murid telah menggunakan audio kaset sejak mereka kecil. Peralatan audio mudah dioperasikan.
  3. Dapat digandakan, audio tape mudah diperbanyak yang kita butuhkan, hasil duplikat tersebut dapat digunakan di kelas ataupun di rumah.
  4. Tersedia pesan/suara verbal (lisan) untuk non pembaca. Siswa yang tidak bisa membaca bisa belajar dari media audio.
  5. Cocok untuk mengajar bahasa asing. Bahasa asing dapat diajarkan menggunakan kaset dan audio card. Siswa bisa mendengar ejaan kata-kata dari native speaker.
  6. Dapat menimbulkan semangat belajar, media audio dapat membuat siswa bersemangat dan menjadi alternative selain membaca dan mendengar guru.
  7. Dapat diulang pada pengguna dapat memainkan/kembali sesering yang kita perlukan untuk lebih memahaminya.
  8. Keuntungan yang besar audio tape dari CD yaitu kita bisa merekam materi pelajaran dengan mudah dan ekonomis. Jika materi tersebut telah selesai digunakan maka dapat dihapus.
  9. Mudah menempatkan pilihan, dalam menggunakan CD guru dengan cepat bisa menempatkan pilihannya untuk dimainkan.
  10. Tahan terhadap kerusakan. Kaset tahan terhadap kerusakan tidak seperti CD, pada kaset tidak ada kerusakan karena goresan.

Keterbatasan

Dalam membahas keterbatasan, sekali lagi kita bahas keterbatasan kaset.

  1. Bagian yang tetap. Audiotape tidak mempunyai sequence (bagian) dimana kita bisa memilih bagian yang akan diputar, seperti halnya CD dan audiocard
  2. Tidak bisa memonitor keadaan pendengar

Beberapa siswa memilki kesulitan belajar sendiri sehingga ketika mereka mendengar audio kaset perhatian mereka cenderung menyimpang. Mereka mungkin mendengar rekaman tetapi tidak mendengar dengan seksama dan tidak mengerti. Guru bisa dengan mudah mendeteksinya sedangkan kaset tidak.

  1. Tidak dapat memacing perhatian

Beberapa siswa yang mendengar audio kaset tetapi perhatiannya menyimpang. Mereka mungkin mendengar tetapi tidak mendengar dengan seksama dan tidak mengerti. Guru bisa mudah mencatat kapan siswa memperhatikan daripada ketika mereka tidak mendengar.

  1. Kesulitan dalam langkah

Menentukan langkah yang tepat dalam menyampaikan informasi agak sulit, bila siswa mempunyai kemampuan yang beragam dan latar belakang yang berbeda. Kaset dan piringan hitam tidak dapat melakukannya, tanpa menggunakan mesin pemutar dengan kontrol kecepatan.

  1. Sulit dalam menentukan segmen

Pada audio tape sulit menempatkan segmen tertentu. Untuk mendapatkan kembali informasi bisa dilakukan tapi tidak akurat. CD memberikan kemudahan dalam mendapatkan pilihan yang spesifik.

  1. Berpotensi terhadap penghapusan

Berpotensi terhadap penghapusan. Audio tape dapat dihapus dengan mudah, akan tetapi bila kita tidak berhati-hati maka konten yang tidak seharusnya terhapus secara tidak sengaja terhapus.

E. Penerapan

Media audio bisa digunakan dalam semua fase pembelajaran. Dari pendahuluan disebuah topic hingga mengevaluasi hasil belajar siswa. Untuk kelas musik, rekaman, kaset dan CD bisa digunakan untuk mengenalkan materi baru atau menyediakan musik pengiring. Suara-suara dari alat-alat musik bisa disajikan secara individu atau kombinasi. Di TK dan SD rekaman bisa digunakan untuk mengembangkan irama, menceritakan sejarah, permainan dan memperagakan sejarah/cerita/kisah atau lagu. Dalam pelajaran IPS tape recorder dapat menyajikan suara seseorang yang memiliki kisah di kelasnya dan disekolah menengah guru bisa menggunakan audio card untuk menambah kosakata.

A. Memproduksi bahan-bahan pada kaset

Siswa dan guru dapat dengan mudah menyiapkan kaset. Siswa menyiapkan kaset yang digunakan untuk pertemuan, percakapan dan buku laporan persiapan. Tape disediakan guru untuk digunakan sebagai petunjuk langsung, sebagai ilustrasi teknik kerja yang dapat digunakan kemudian. Praktek keterampilan, seperti kesimpulan/ringkasan, dapat juga menyediakan audiokaset.

Proyek terkenal di abad 21 tingkat IPS adalah rekaman cerita lisan. Siswa mewawancarai warga kota mengenai komunitas mereka. Hanya satu siswa yang mewawancarai setiap wargakota, tetapi tugas wawancara bergilir antar siswa, dan seluruh perwakilan kelas berperan dalam menentukan pertanyaan mana yang akan dipertanyakan. Persiapan untuk proyek ini, siswa mempelajari kedua sejarah nasional dan local. Rekaman dipersiapkan selama wawancara. Dalam mempersiapkan proyek ini, para siswa belajar kedua-duanya sejarah nasional dan sejarah lokal. Semua tape dipersiapkan sepanjang wawancara berlangsung diterbitkan ke dalam program untuk penggunaan dengan ilmu kemasyarakatan kelas lain dan untuk siaran oleh stasiun radio yang lokal. Audiotape proyek ini melakukan kerja rangkap dalam memberi tahu para siswa dan penduduk lokal tentang sejarah lokal dan mengumpulkan serta memelihara informasi yang sangat mungkin hilang.

Kaset Perekam dapat digunakan untuk menyajikan laporan buku. Para siswa boleh merekam buku mereka, laporan selama waktu studi di dalam media memusat atau di rumah. Laporan dievaluasi oleh guru, dan yang terbaik dijaga tersimpan di dalam pusat media. Para siswa didorong untuk mendengarkan sebelum mereka memilih buku-buku untuk dibaca. Karena laporan terbatas tiga menit, para siswa diperlukan untuk menyunting gagasan utama dari buku dan untuk mengorganisir pemikiran mereka dengan teliti. Sepanjang perekaman, mereka mempraktekkan ketrampilan berpidato mereka. Mereka didorong untuk membuat laporan untuk menggairahkan yang mungkin dapat menarik perhatian para siswa dalam membaca buku.

Alat perekam dapat digunakan untuk mengumpulkan rekaman suatu darmawisata. Ketika kembali ke kelas, para siswa dapat memutar kembali tape untuk diskusi dan tinjauan ulang. Banyak musium, observatorium, dan publik lain membolehkan pengunjung untuk merekam tentang berbagai benda pajangan, yang boleh direkam kembali untuk playback di dalam kelas.

Para siswa dapat juga merekam diri mereka menceriterakan, mempresentasikan suatu pidato, membuat musik, dan seterusnya. Mereka dapat mendengarkan tape secara pribadi atau bersama guru atau para siswa lain. Usaha awal dapat menyimpan perbandingan dengan capaian kemudiannya dan untuk penguatan pelajaran. Banyak kelompok kecil pada kelas memasukkan hasil laporan untu dipresentasikan di kelas. Perekaman seperti ini dapat menjadi bagian portopolio siswa.

Di dalam sekolah teknik kejuruan, para siswa teknologi laboratorium diajar prosedur untuk membangun alat prosthetic seperti jembatan dengan mendengarkan suatu audiotape yang disiapkan oleh instruksi mereka. Untuk lebih efektif dan efisien di (dalam) pekerjaan mereka, para siswa ini harus mempunyai kedua-duanya tangan bebaskan dan mata mereka harus focus pada pekerjaan mereka, bukan pada suatu buku teks atau manual. Audiotapes mumungkinkan para siswa untuk pindah/gerakkan pada langkah mereka sendiri, dan bebas bergerak di sekitar laboratorium dan mendiskusikan masing-masing pekerjaan siswa secara individu.

Seorang guru dengan berbagai kesulitan belajar (tetapi rata-rata kecerdasan/inteligen) menyediakan instruksi bagaimana cara mendengarkan memberi kuliah, pidato, dan presentasi lisan lain. Para siswa mempraktekan ketrampilan mendengar mereka dengan tape atau rekaman cerita, puisi, dan instruksi. tape. Setelah para siswa sudah mempraktekkan ketrampilan mendengarkan mereka di bawah arahan guru, mereka dievaluasi menggunakan suatu tape yang mereka belum mendengar sebelumnya. Para siswa mendengarkan tape selama lima menit tanpa mengambil catatan dan kemudian diberi satu rangkaian pertanyaan berhubungan dengan isi penting dari jalan lintasan.

Di dalam suatu sekolah jurusan bisnis, para siswa praktek menggunakan perintah audiotapes yang disiapkan oleh guru dan individu lain di (dalam) sekolah, seperti atasan, penasihat bimbingan, atau instruktur seni industri. Variasi suara pada tape mengijinkan para siswa untuk praktek berhadapan dengan suara berbeda, aksen, dan dikte mempercepat. Guru menggolongkan tape menurut kesukaran kata dan kecepatan rekaman. Para siswa mulai dengan tape yang gampang dan kemudian pindah ketingkat lebih sulit. Guru juga mengadakan percobaan dengan suatu alat perekam peubah kecepatan, yang mana dapat menyajikan tape yang sama kepada para siswa pada berbagai kecepatan. secara individu, para siswa menggunakan perekam yang variable-speed untuk menentukan seberapa cepat mereka dapat memahami kata dan ketelitian.

Sering terlewatkan penggunaan material audio adalah untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Sebagai contoh, pertanyaan test mungkin direkam sebelumnya untuk anggota kelas untuk digunakan secara individu. Para siswa mungkin diminta untuk mengidentifikasi suara di dalam suatu perekaman (untuk menyebut nyanyian tunggal instrumen yang sedang dimainkan di dalam pergerakan berbakat musik tertentu atau untuk mengidentifikasi penggubah potongan musik tertentu ). Para siswa kelas ilmu kemasyarakatan bisa diminta untuk mengidentifikasi suara orang terkenal untuk direkam, atau mereka bisa diminta untuk mengidentifikasi periode waktu jalan wawancara mereka berdasar pada isi materi. Uji dan evaluasi di model audio untuk disesuaikan ketika mengajar dan belajar tuntuk diterapkan di dalam gaya tertentu itu .

Suatu keuntungan utama audiotapes adalah dapat dengan mudah disiapkan oleh para guru. yang diperlukan adalah suatu audiotape kosong, suatu alat perekam, dan sedikit know-how. Jika organisasi atau sekolah mu tidak mempunyai suatu perekaman studio, di sini adalah beberapa teknik [yang] gampang dan [puasa/cepat] untuk menyiapkan tape milik mu. Hasilnya mungkin tidak seperti khualitas profesional, tetapi kebanyakan instruktur sudah menemukan produk buat dengan cara ini untuk;menjadi efektif dan bermanfaat.

B. Audio Teknik

Phisik lingkungan

Dalam Merekam hal yang sulit dihindarkan adalah suara gaduh dan gema. Suatu ruang kecil seperti kantor lebih baik untuk suatu ukuran kelas normal. Ruangan dengan langit-langit dan dinding serta lantai ubin atau semen sering menyebabkan pengacauan bunyi gema yang akan bertentangan dengan ketepatan dengan perekaman. Area seperti itu dapat diatasi dengan penerapan pekerjaan ubin dan bahan pembersih permadani akustik. Perekaman harus sedikitnya enam kaki dari papan tulis, jendela, dan dinding, atau dengan peningkatan temporer untuk meningkatkan kwalitas (meletakkan permadani, selimut tebal, atau karton di atas lantai).

Tape Recorder

  • Peralatan mahal tidaklah perlu.
  • Biasakan diri anda dengan operasi alat perekam tertentu yang ingin digunakan.
  • Rekam suatu sekitar satu menit dan putar kembali untuk memeriksa nada dan volume
  • Jika suatu kesalahan dibuat selama perekaman, stop alat perekam, kemudian kembali ke segmen yang akan di perbaiki dan lanjutkan perekaman. proses perekaman
  • Lihat pada buku petunjuk. Menentukan tingkatan perekaman yang sesuai ( volume) dan nada. Kebanyakan perekam mempunyai suatu pengatur voluma otomatis.

Mikropon

  • Tempatkanlah mikropon pada posisi menjauh dari permukaan keras seperti chalkboards, jendela. Tempatkan mikropon di atas suatu handuk tangan atau kain lembut lain. Sebab banyak alat perekam menghasilkan suara tak dikehendaki, menderu/mendesing, dan bersenandung suara gaduh, simpan mikropon jauh sekali dari perekam.
  • Mengatur jarak tetap dari mikropon.

Tape content

  • Perkenalkan materi audiotape pada awal perekaman. Sebagai contoh, ” ini adalah ilmu gometri, sudut dalam, pelajaran 1.2, terpasang….” Identifikasi tape terutama sekali penting untuk digunakan instruksi individu.
  • Selidiki pokok materi dengan para siswa; jangan baru saja menceritakan kepada mereka tentang suatu materi tape dimatikan.
  • Pendengar dilibatkan di dalam aktivitas pelajaran. Misalnya menyediakan suatu pemandu studi atau worksheet untuk para siswa untuk menggunakan tape. Meliputi ruang besar untuk para siswa untuk mencatat selagi mendengarkan tape. Instruksikanlah pendengar untuk melihat diagram, spesimen, tabel, atau foto untuk menggunakan peralatan; atau untuk merekam data. Jadi mereka tidak hanya duduk dan mendengarkan. .
  • Sediakan variasi sepanjang penggunaan suara, musik, percakapan pendek/singkat , dan suara tenaga ahli di bidang mu.

Presentasi

  • Gunakan suatu nada bersifat percakapan. Bicaralah seperti secara normal ketika bertemu dengan seorang teman. Selidikilah pokok materi dengan siswa, bukan memberi kuliah pada mereka.

Variasi suara

Bicara dengan gembira dan dengan antusias

Ucapkan dengan jelas

Bicara dengan cepat ( kebanyakan orang-orang dapat mendengarkan lebih cepat dari orang kebanyakan berbicara)

Memperkecil kebiasaan suara pengacauan lain.

  • Arahkan perhatian siswa pada hal yang akan diskusikan. Ceritakanlah kepada siswa apa yang harus dibicarakan.
  • Sediakan suatu selingan musik ringkas (kira-kira 10 detik) sebagai isyarat untuk siswa untuk mematikan alat perekam dan melaksanakan aktivitas atau latihan.

Checklist untuk siswa atau guru dalam menyiapkan audiocassetes

Memperkecil derau.

Mengatur tingkatan volume agar selalu tetap

Pastikan kualitas suara bagus dan jelas

Mengatur nada bersifat percakapan.

Melibatkan pendengar.

Koordinir dengan worksheet atau pemandu belajar, jika digunakan.

Content harus jelas

F. Pemilihan material audio

Menempatkan Materi Audio

Dalam pemilihan material audio, tentukan materi apa yang tersedia.

Menilai material audio

Sebelum disajikan materi audio sebaiknya di tinjau sebelum digunakan oleh siswa.

G. Pemanfaatan material audio

Langkah berikutnya setelah memilih atau memproduksi material audio adalah peninjauan materi, menyiapkan materi, menyiapkan tempat, menyiapkan pendengar dan menyediakan pengalaman mendengar.

Peninjauan materi

Materi-materi audio harus ditinjau menggunakan checklist penilaian sebagai bagian dari proses penilaian. Sebelum peninjauan tersebut, pastikan anda mengetahui cara menggunakannya, bagaimana siswa terlibat dengan audio tersebut? Aktivitas apa yang digunakan.

Menyiapkan materi

Jika anda menggunakan media audio untuk penyajian kelompok, anda harus mempraktekkan operasi dari peralatan. Jika anda harus menampilkan materi-materi atau objek lain selama penyajian audio, yakinkan bahwa materi-materi atau objek lain tersebut sudah dicobakan lebih dahulu.

Menyiapkan tempat

Atur kelas sehingga seluruh siswa bisa mendengar. Pastikan bahwa anda mempunyai pengeras suara yang bagus. Jika dilakukan secara individu atau kelompok gunakan saja headphone, tetapi untuk kelompok yang besar jangan gunakan audio kaset recorder.

Menyiapkan pendengar

Sebelum mendengarkan materi audio, informasikan kepada siswa hubungan materi ini dengan materi sebelumnya. Apa yang harus didengar atau dilakukan.

Menyediakan pengalaman mendengar

Sebelum memulai, minta kepada siswa untuk mengangkat tangan jika mereka tidak bisa mendengar.

H. Evaluasi dan revisi

Tentukan keefektifan dari materi-materi audio, anda bisa mengumpulkan data melalui observasi. Evaluasi hasil tes atau mendiskusikan pengalaman dengan siswa anda harus memutuskan untuk merevisi materi yan digunakan atau memodifikasinya.

I. Langkah-Langkah Pemanfaatan Media Audio

A. Persiapan

  1. Meneliti kelengkapan media, lembar kerja siswa dan lembar tes
  2. Memeriksa peralatan penyaji, bahan belajar, dan sarana penunjang
  3. Mempelajari isi program
  4. Mengatur ruangan, tempat duduk siswa dan peralatan penyaji
  5. Meminta siswa untuk menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
  6. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai, topk yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan dilakukan.

B. Pelaksanaan

  1. Memutar media audio dan mengatur volumenya
  2. Memperhatikan aktivitas siswa da mengelola kelas sesuai rancangan pembelajaran yang ditentukan
  3. Bila perlu putar ulang audio pada bagian yang kurang jelas
  4. Pusatkan kembali perhatian siswa, bila ditengah pemutaran media siswa kurang memperhatikan
  5. Guru sebaiknya tidak terlalu banyakmemberi penjelasan yang mengakibatkan konsentrasi siswa terganggu.

C. Tindak Lanjut

1. Mengajukan pertanyaan tentang materi media audio

2. Memberikan penguatan, penjelasan tambahan tentang materi yang telah didengarkan

3. Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari materi tersebut

4. Memberikan tugas/latihan sesuai topic

5. Jika perlu, siswa diajak mencari referensi tambahan

6. Mengaitkan materi audio dengan topik berikutnya

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian dari media pengajaran yakni merupakan suatu benda, alat, metode untuk membantu meningkatkan efektifitas seorang guru dengan siswa dalam suatu proses belajar sedangkan tujuan penggunaan media pengajaran yaitu untuk mempermudah dan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat mendorong suatu motivasi belajar dan juga akan lebih bervariasi / tidak monoton sehingga akan lebih jelas maknanya dan mudah untuk dipahami oleh para siswa didik.

Media Audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Serta, banyak jenis dari media audio yang dapat digunakan dalam hal pembelajaran.

B. Penutup

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya serta menjadikan acuan dalam hal pembelajaran. Amiin Ya Robbal ‘Alamin. Serta, mohon maaf kalau ada penulisan kata atau huruf yang salah, maupun kalimat yang susah dipahami. Karena kami masih dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Criticos, C. 1996. Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevier Science, Inc.

Dole, J. A. & Sinatra, G. M. 1998. Reconceptualizing change in the cognitive construction of knowledge. Educational Psichologist, 33(2/3), 109-128.

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. 2002. Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Ibrahim, H. 1997. Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi, pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV. FIP-IKIP Malang.

Ibrahim, H. 1999. Pemanfaatan dan pengembangan media slide pembelajaran. Bahan ajar. Disajikan dalam pelatihan produksi dan penggunaan media pembelajaran bagi dosen MDU Universitas Negeri Malang, 8 Februari s.d 6 Maret 1999.

Ibrahim, H., Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U. 2001. Media pembelajaran: Bahan sajian program pendidikan akta mengajar. FIP. UM.

Moedjiono. 1981. Media pendidikan III: Cara pembukaan media pendidikan. Jakarta: P3G. Depdikbud.

Sadiman, A.S. 1986. Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.

Sihkabuden. 1994. Klasifikasi dan karakteristik media instruksional sederhana. Malang: FIP IKIP Malang.

Wallington, C.J. 1996. Media production: production of still media. Plomp, T., & Ely, D.P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevier Science, Inc.

The Audio Visual Directory Fairfax, Virginia Nasional Audio Visual Association. Inc. 1981.

Bensinger, Charles, The Vidio Guide, second edition. Santa Barbara California : Vidio Into Publication, 1981.

Ensyclopedia of Film and Television Technigoes. London. Fourth Impression. Facal Press Limited, 1981

Ghazali, Tjandia, Seri Audio Video, Loudspeaker, cetakan ketiga Jakarta : Penerbit Sinar Harapan, 1982

Ghazali, Tjandia, Seri Audio Video 3 Casstte Decle (cassette deck, amplifier, loudspeaker, viden) Jakarta : Penerbit Sinar Harapan, 1988